Indonesia
Jump to navigation Jump to search
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya. (Juni 2018) |
Ibu kota negara Indonesia adalah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ke-7, yaitu sejak berdirinya Kerajaan Sriwijaya, sebuah kemaharajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Palembang. Kerajaan Sriwijaya ini menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India, juga dengan bangsa Arab. Kerajaan-kerajaan beragama Hindu dan/atau Buddha mulai tumbuh pada awal abad ke-4 hingga abad ke-13 Masehi, diikuti para pedagang dan ulama dari jazirah Arab yang membawa agama Islam sekitar abad ke-8 hingga abad ke-16, serta kedatangan bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda selama hampir 3 abad, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, Indonesia mendapat berbagai tantangan dan persoalan berat, mulai dari seringnya terjadi bencana alam, praktik korupsi yang masif, konflik sosial, gerakan separatisme, proses demokratisasi, dan periode pembangunan, perubahan dan perkembangan sosial-ekonomi-politik, serta modernisasi yang pesat.
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia.[11] Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), bermakna keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan/negara. Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Indonesia merupakan anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga negara anggota dari organisasi ASEAN, KAA, APEC, OKI, G-20 dan sebentar lagi akan menjadi anggota OECD.
Daftar isi
Etimologi
Kata "Indonesia" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk kepada sungai Indus di India dan nesos yang berarti "pulau".[12] Jadi, kata Indonesia berarti wilayah "kepulauan India", atau kepulauan yang berada di wilayah Hindia, ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India dan Indonesia).[13] Pada tahun 1850, George Windsor Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[14] Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.[15] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[8]Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.[8] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.[13]
Sejarah
Sejarah Indonesia terdiri dari banyak tahapan/periode. Secara garis besar, sejarah Indonesia terdiri dari periode prasejarah, periode kuno/klasik, periode pertengahan, periode kolonialisme, periode awal kemerdekaan, dan periode modern.Periode prasejarah
Fosil-fosil manusia purba seperti Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu. Namun kebenaran tentang hal ini banyak diperdebatkan.[16]Hingga tahun 75000 Sebelum Masehi, daratan Nusantara bagian barat (kira-kira kepulauan sebelah barat termasuk Sumatera, Jawa, dan Kalimantan sekarang) masih menyatu dengan daratan utama Asia. Pada abad ini pula terjadi erupsi Gunung Toba, yang disebut-sebut sebagai salah satu letusan gunung api terbesar sepanjang sejarah yang menyebabkan perubahan iklim yang dikatakan hampir memusnahkan populasi manusia modern saat itu. Umat manusia sendiri sebenarnya belum sampai ke Sumatra, gelombang migrasi dari Afrika ikut terhenti untuk sementara akibat erupsi ini. Gunung Toba kemudian tenggelam dan kalderanya membentuk sebuah danau besar dengan nama yang sama. Sekitar abad 25000 SM, gelombang migrasi pertama manusia modern sampai di dataran Nusantara. Peradaban awal dan kebudayaan awal mulai terbentuk saat zaman Holosen (10000 tahun Sebelum Masehi) menandai berakhirnya zaman es dan dataran ini mulai terpisah dari daratan utama Asia lalu terpecah hingga membentuk kepulauan Nusantara seperti sekarang. Sejak saat itu, bangsa Melanesia yang merupakan bangsa manusia modern pertama di Nusantara membentuk kebudayaan-kebudayaan awal. Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Taiwan yang mulai tiba di Nusantara sekitar 2000 tahun SM menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan, meskipun ada sebagian yang berasimilasi/akulturasi dengan pendatang tersebut.[17] Dengan kondisi tanah vulkanis yang subur, melimpahnya keanekaragaman hayati, ditambah dengan kemampuan bercocok tanam yang dimiliki manusia saat itu menyebabkan kegiatan pertanian dan pemukiman mulai terbentuk dan berkembang pesat.[18] Peradaban-peradaban maju seperti Proto-Melayu dan Deutro-Melayu mulai berkembang pada abad ini.Periode klasik
Kerajaan-kerajaan kecil mulai bermunculan sejak awal abad masehi. Kerajaan tertua yang diketahui berdasarkan penemuan terbaru adalah kerajaan Kandis, bukan kerajaan Kutai seperti anggapan kebanyakan orang selama ini. Berdasarkan penemuan-penemuan yang ada, kerajaan Kandis berada di pulau Sumatera, kira-kira di daerah Riau sekarang. Namun sayangnya, hanya sedikit yang diketahui dari kerajaan ini karena bukti-bukti dan catatan yang minim. Kerajaan-kerajaan penting lainnya di Sumatera adalah kerajaan Melayu Kuno atau kerajaan Jambi Kuno (berdiri sekitar abad ke-2 Masehi). Di Pulau Jawa, berdiri kerajaan Salakanegara, kerajaan Hindu pertama di Nusantara yang terletak di daerah sekitar Cianjur, Jawa Barat. Kerajaan Salakanegara mulai berdiri pada tahun 130 Masehi, kemudian berkembang menjadi kerajaan Tarumanegara pada tahun 358 Masehi. Kerajaan Kutai sendiri mulai berdiri di Kalimantan Timur pada tahun 350 Masehi, diikuti berdirinya dua kerajaan lain di Kalimantan Selatan, yaitu kerajaan Tanjungpuri dan kerajaan Nan Sarunai pada tahun 525 M. Di Sulawesi juga berdiri kerajaan-kerajaan kecil, diantaranya kerajaan Luwu di Sulawesi Tengah pada tahun 900 Masehi. Kerajaan-kerajaan awal lainnya adalah kerajaan Siang di Sulawesi Selatan dan kerajaan Suwawa di daerah Gorontalo.Pada abad ke-7 Masehi, berdiri Kerajaan Hindu-Buddha Sriwijaya di Sumatera Selatan yang kemudian berkembang menjadi kemaharajaan terbesar dengan masa berdiri terlama di Asia Tenggara hingga awal abad ke-11. Kerajaan ini menguasai sebagian besar Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa, hingga pantai barat dan barat daya Kalimantan.[19] Kerajaan ini juga mengendalikan aktivitas pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan maritim utama antara India dengan Tiongkok. Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia. Sejak saat itu, sejarah Indonesia juga banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa lain hingga masa-masa berikutnya.
Periode Pertengahan
Pada masa kerajaan Sriwijaya, Dinasti Hindu-Buddha Sanjaya dan Syailendra dari kerajaan Sriwijaya juga mendirikan kerajaan-kerajaan perintis di pulau Jawa bagian tengah. Kerajaan-kerajaan ini kemudian berkembang menjadi kerajaan-kerajaan besar, yang terdiri dari kerajaan Panjalu/Daha/Kediri (1045 - 1222), kerajaan Tumapel/Singosari (1222 - 1292), hingga kerajaan Majapahit (1293 - 1527). Kerajaan Majapahit selanjutnya berkembang menjadi kemaharajaan terbesar di Nusantara dengan wilayah kekuasaan yang luas meliputi Sumatera bagian tengah dan selatan, semenanjung Malaya, pesisir dan dataran rendah Kalimantan, ujung selatan dan timur Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, hingga ujung barat Papua. Setelah Majapahit runtuh, kerajaan-kerajaan Islam mulai berkembang pesat di Indonesia.[20]Islam sebenarnya sudah memasuki Indonesia pada abad ke-7 Masehi, namun penyebarannya belum signifikan seperti hanya yang terjadi pada abad ke-15 hingga ke-16. Agama Islam memasuki Indonesia pertama kali melalui para pedagang dan ulama Arab, dan selanjutnya melalui pedagang Persia dan India (Gujarat). Para pedagang dan pelaut dari Tiongkok beragama muslim dibawah pimpinan Laksamana Cheng Ho juga ikut serta dalam menyebarkan Islam di Indonesia.[21] Kerajaan Islam pertama (atau disebut kesultanan) yang diketahui adalah kesultanan Jeumpa yang berdiri di Aceh pada tahun 777 Masehi. Kesultanan ini terletak di daerah pantai utara di sebelah timur Banda Aceh sekarang. Kesultakan-kesultanan lain yang juga mulai berdiri di Aceh yaitu kesultanan Perlak (840 - 1292) dan kesultanan Lamuri (851 - 1514). Sejak saat itu, Islam mulai mempengaruhi kebudayaan Aceh dan daerah Nusantara lainnya pada masa-masa selanjutnya.[22] Di Semenanjung Malaya berdiri kesultanan Malaka pada tahun 1405 Masehi. Kesultanan ini kemudian memperluas wilayahnya hingga pesisir Riau. Kesultanan-kesultanan lain di Sumatera juga mulai berdiri dan berkembang seperti kesultanan Samudera Pasai (1267 - 1521), Kesultanan Pagaruyung (1347 - 1825), kesultanan Aceh (1507 - 1903), kesultanan Jambi (1615 - 1903), dan kesultanan Siak (1723 - 1945). Kesultanan Aceh adalah kesultanan terkuat di Sumatera. Kesultanan ini berdiri selama 4 abad dan sempat menguasai seluruh Sumatera bagian utara dan tengah (kecuali tanah Batak) dan semenanjung Malaya. Bahkan Penjajah Belanda sampai kewalahan menghadapi kesultanan ini.
Kesultanan pertama di pulau Jawa adalah kesultanan Demak yang berdiri tahun 1475 Masehi. Namun apakah benar bahwa kesultanan Demak adalah kesultanan pertama di Jawa sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada yang menyebut bahwa kesultanan pertama di Jawa adalah kerajaan Lumajang, yang berdiri di daerah Lumajang, Jawa Timur pada tahun 1295 Masehi. Dikatakan pula bahwa kerajaan Lumajang waktu itu sudah mengadopsi Islam. Kerajaan Demak sendiri pada masanya meliputi wilayah seluruh Jawa (kecuali Banten selatan yang merupakan pusat kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu), Madura, Sumatera (Jambi, Bengkulu, Palembang, dan Bangka-Belitung), dan pesisir Kalimantan (kecuali pesisir utara yang dikuasai kesultanan Brunei). Setelah kesultanan Demak, beberapa kesultanan yang berdiri di pulau Jawa yaitu kesultanan Banten (1526 - 1813), kesultanan Pajang (1549 - 1588), dan kesultanan Mataram (1588 - 1755).
Di Kalimantan, terdapat dua kesultanan besar yang mulai berdiri pada abad ke-14 dan abad ke-16, yaitu kesultanan Banjar di pesisir selatan dan kesultanan Brunei di pesisir utara. Kesultanan Banjar sendiri sebelumnya menjadi bawahan kesultanan Demak, dan selama menjadi bawahan Demak pula, kesultanan ini memperluas wilayah pemerintahannya hingga mencakup seluruh pesisir Kalimantan, kecuali pesisir utara yang di bawah pemerintahan Brunei. Sekitar tahun 1569 hingga 1800-an, kesultanan Banjar terpecah menjadi beberapa kesultanan yang independen. Kesultanan-kesultanan tersebut diantaranya adalah kesultanan Sambas (1671 - 1950), kesultanan Kutai Kartanegara (1300 - sekarang), kesultanan Landak (1472 - Sekarang), dan kesultanan Bulungan (1731 - 1964).
Di Sulawesi dan Maluku, terdapat tiga kesultanan besar, yaitu kesultanan Gowa di Sulawesi Selatan, serta kesultanan Ternate dan Tidore di Maluku Utara. Wilayah kesultanan Gowa mencakup Sulawesi bagian selatan dan tengah, sedangkan Sulawesi bagian utara dan timur waktu itu dibawah kesultanan Ternate. Kesultanan Gowa juga meliputi wilayah pulau Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Kesultanan Ternate sempat memiliki wilayah yang luas meliputi kepulauan Maluku Selatan, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Akan tetapi, Maluku Selatan dan Nusa Tenggara Timur jatuh ke tangan pendatang Spanyol dan Portugis yang berdatangan pada awal abad ke-17. Sementara kesultanan Tidore meliputi Maluku Utara bagian timur hingga pesisir barat dan utara Papua. Sejak abad ke-15 hingga abad ke-19, satu-persatu kerajaan dan kesultanan yang tersisa di Nusantara mulai dikuasai oleh aliansi Uni-Iberia (Spanyol-Portugis), kemudian VOC, Inggris, dan selanjutnya dikuasai Hindia Belanda selama sekitar tiga abad.[22]
Kolonialisme
- Portugis pada tahun 1509, hanya Maluku, lalu berhasil diusir pada pada tahun 1595.[butuh rujukan]
- Spanyol pada tahun 1521, hanya Sulawesi Utara, tetapi berhasil diusir pada tahun 1692.[butuh rujukan]
- Belanda pada tahun 1602, sebagian besar wilayah Indonesia.[butuh rujukan]
- Perancis (1795-1811). Perancis menaklukan Republik Belanda pada 1795 dalam Perang Revolusi Perancis, dan Perancis mendirikan Republik Batavia (1795-1806) dan Kerajaan Hollandia (1806-1810) yang berstatus sebagai negara bawahan Perancis. Dengan demikian, secara tidak langsung Perancis adalah penguasa tertinggi Hindia Belanda. Pada 1810 Kerajaan Hollandia dileburkan dalam Kekaisaran Pertama Perancis, sehingga wilayah Hindia Belanda menjadi jajahan Perancis secara langsung. Meskipun demikian pemerintahan dan pertahanan tetap dipegang oleh warga Belanda (termasuk Herman Willem Daendels yang berkuasa 1908-1811 dan dikenal pro-Perancis) Kekuasaan Perancis berakhir pada tahun 1811 ketika Britania mengalahkan kekuatan Belanda-Perancis di pulau Jawa.[butuh rujukan]
- Britania Raya pada tahun 1811, sejak ditandatanganinya Kapitulasi Tuntang yang salah satunya berisi penyerahan Pulau Jawa dari Belanda kepada Britania, Pada tahun 1814 dilakukanlah Konvensi London yang isinya pemerintah Belanda berkuasa kembali atas wilayah jajahan Britania di Indonesia. Lalu baru pada tahun 1816, pemerintahan Britania di Indonesia secara resmi berakhir.[butuh rujukan]
- Jepang pada tahun 1942 dan berakhir pada tahun 1945, oleh karena kekalahan Jepang kepada pasukan Sekutu.[butuh rujukan]
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.[butuh rujukan]
Indonesia merdeka
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Tiongkok dan Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"),[26] dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno.
Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".[27] Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
Masa Peralihan Orde Reformasi atau Era Reformasi berlangsung dari tahun 1998 hingga 2001, ketika terdapat tiga masa presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004, diselenggarakan Pemilihan Umum satu hari terbesar di dunia[28] yang dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai presiden terpilih secara langsung oleh rakyat, yang menjabat selama dua periode (2004-2009 dan 2009-2014).
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk melepaskan diri dari naungan NKRI, terutama Papua.[butuh rujukan] Timor Timur secara resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.
Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan.
Politik dan pemerintahan
MPR pernah menjadi lembaga tertinggi negara unikameral, namun setelah amendemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya juga berubah. MPR setelah amendemen UUD 1945, yaitu sejak 2004 menjelma menjadi lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen.[29] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat ini diketuai oleh Zulkifli Hasan. DPR saat ini diketuai oleh Bambang Soesatyo, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Oesman Sapta Odang.
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun demikian, presiden saat ini yakni Joko Widodo yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan juga menunjuk sejumlah pemimpin partai politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amendemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.
Hubungan luar negeri dan militer
Indonesia menjalin hubungan kembali dengan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1990, padahal sebelumnya melakukan pembekuan hubungan sehubungan dengan gejolak anti-komunis di awal kepemerintahan Suharto. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa sejak tahun 1950,[32] dan pendiri Gerakan Non Blok dan Organisasi Kelompok Islam yang sekarang telah menjadi Organisasi Kerjasama Islam. Indonesia telah menandatangani perjanjian ASEAN Free Trade Area, Cairns Group, dan World Trade Organization, dan pernah menjadi anggota OPEC, meskipun Indonesia menarik diri pada tahun 2008 sehubungan Indonesia bukan lagi pengekspor minyak mentah bersih. Indonesia telah menerima bantuan kemanusiaan dan pembangunan sejak tahun 1966, terutama dari Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Australia dan Jepang.
Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan dunia international sehubungan dengan pengeboman yang dilakukan oleh militan Islam dan Al-Qaeda.[33] Pemboman besar menimbulkan korban 202 orang tewas (termasuk 164 turis mancanegara) di Kuta, Bali pada tahun 2012.[34] Serangan tersebut dan peringatan perjalanan (travel warnings) yang dikeluarkan oleh negara-negara lain, menimbulkan dampak yang berat bagi industri jasa perjalanan/turis dan juga prospek investasi asing.[35] Tetapi beruntung ekonomi Indonesia secara keseluruhan tidak terlalu dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas, karena Indonesia adalah negara yang ekonomi domestiknya cukup kuat dan dominan.
Tentara Nasional Indonesia terdiri dari TNI–AD, TNI-AL (termasuk Marinir) dan TNI-AU.[36] Berkekuatan 400.000 prajurit aktif, memiliki anggaran 4% dari GDP pada tahun 2006, tetapi terdapat kontroversi bahwa ada sumber-sumber dana dari kepentingan-kepentingan komersial dan yayasan-yayasan yang dilindungi oleh militer.[37] Satu hal baik dari reformasi sejalan dengan mundurnya Suharto adalah mundurnya TNI dari parlemen setelah bubarnya Dwi Fungsi ABRI, walaupun pengaruh militer dalam bernegara masih tetap kuat.[38] Gerakan separatis di sebagian daerah Aceh dan Papua telah menimbulkan konflik bersenjata, dan terjadi pelanggaran HAM serta kebrutalan yang dilakukan oleh keduabelah pihak.[39][40] Setelah 30 tahun perseteruan sporadis antara Gerakan Aceh Merdeka dan militer Indonesia, maka persetujuan gencatan senjata terjadi pada tahun 2005.[41] Di Papua, telah terjadi kemajuan yang mencolok, walaupun masih terjadi kekurangan-kekurangan, dengan diterapkannya otonomi, dengan akibat berkurangannya pelanggaran HAM.[42]
Pembagian administratif
Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Papua Barat, dan Papua memiliki hak istimewa legislatur yang lebih besar dan tingkat otonomi yang lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Contohnya, Aceh berhak membentuk sistem legal sendiri; pada tahun 2003, Aceh mulai menetapkan hukum Syariah.[45] Yogyakarta mendapatkan status Daerah Istimewa sebagai pengakuan terhadap peran penting Yogyakarta dalam mendukung Indonesia selama Revolusi.[46] Provinsi Papua, sebelumnya disebut Irian Jaya, mendapat status otonomi khusus tahun 2001.[47] DKI Jakarta, adalah daerah khusus ibukota negara. Timor Portugis digabungkan ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi provinsi Timor Timur pada 1976–1999, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.[48]
- Provinsi di Indonesia dan ibukotanya
|
|
|
Geografi
Lihat pula: Peta Asia dan Jumlah pulau di IndonesiaWilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana setengah populasi Indonesia bermukim. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatera dengan luas 473.606 km², Kalimantan dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan luas 421.981 km². Batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan menggunakan territorial laut: 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif: 200 mil laut,[52] searah penjuru mata angin, yaitu:
Utara | Negara Malaysia dengan perbatasan sepanjang 1.782 km[51], Singapura, Filipina, dan Laut Tiongkok Selatan |
Selatan | Negara Australia, Timor Leste, dan Samudra Indonesia |
Barat | Samudra Indonesia |
Timur | Negara Papua Nugini dengan perbatasan sepanjang 820 km[51], Timor Leste, dan Samudra Pasifik |
Sumber daya alam
Sumber daya alam Indonesia berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970 km.[53]Pendidikan
Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, yaitu berdasarkan UUD 1945 pasal 31 ayat 4 dan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah mesti mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD di luar gaji pendidik dan biaya kedinasan. Namun pada tahun 2007, alokasi yang disediakan tersebut baru sekitar 17.2 %, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara Malaysia, Thailand, dan Filipina yang telah mengalokasikan anggaran untuk pendidikan lebih dari 28%.[54]Ekonomi
Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.[55]
Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[58] Namun, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[59][60] Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[61]
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kelima[62] di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.[63] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[64] Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[65]
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.[66]
Peringkat internasional
Organisasi | Nama Survei | Peringkat |
---|---|---|
Heritage Foundation/The Wall Street Journal | Indeks Kebebasan Ekonomi | 110 dari 157[67] |
The Economist | Indeks Kualitas Hidup | 71 dari 111[68] |
Reporters Without Borders | Indeks Kebebasan Pers | 103 dari 168[69] |
Transparency International | Indeks Persepsi Korupsi | 143 dari 179[70] |
United Nations Development Programme | Indeks Pembangunan Manusia | 108 dari 177[71] |
Forum Ekonomi Dunia | Laporan Daya Saing Global | 51 dari 122[72] |
Demografi
Penduduk
Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas di antaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[76] Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.[butuh rujukan]
Agama
Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.[63] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[77]Mayoritas penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa sehari-hari, namun bahasa resmi negara, yaitu Bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.[butuh rujukan]
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 9.988.495 | Indonesia | 7 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.548.064 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 2.805.906 | 8 | Bandar Lampung | Lampung | 1.166.761 | |||
3 | Medan | Sumatera Utara | 2.465.469 | 9 | Batam | Kepulauan Riau | 1.029.808 | |||
4 | Bandung | Jawa Barat | 2.339.463 | 10 | Padang | Sumatera Barat | 872.271 | |||
5 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.651.146 | 11 | Pekanbaru | Riau | 855.221 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.621.384 | 12 | Malang | Jawa Timur | 808.945 | |||
Sumber: Kemendagri 2015 (tidak termasuk kota satelit) |
Kebudayaan
Pertunjukan
Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.
Busana
Arsitektur
Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat dan/atau istana-istana kerajaan dari tiap-tiap provinsi. Taman Mini Indonesia Indah, salah satu objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia, menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.
Olahraga
Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat Olimpiade 1992, di mana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 emas 2 perak dan 1 perunggu, kelima medali tersebut diraih melalui cabang bulu tangkis. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu tangkis. Atlet-atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. Rudi Hartono yang dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi juara All England terbanyak sepanjang sejarah perbulu tangkisan Indonesia. Ia meraih 8 gelar juara, dengan 7 gelar diraihnya secara berturut-turut. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico Thomas[80], dan Chris John.[81] dalam ajang sepak bola internasional, Timnas Indonesia (Hindia Belanda) merupakan tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia pada tahun 1938 di Prancis.[butuh rujukan]
Seni musik
Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Setiap provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga Keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[82] yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yaitu musik beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya.
|
Provinsi | Lagu Dearah |
---|---|
Aceh | Sepakat Segenap, Lembah Alas, Tawar Sedenge, Aceh Lon Sayang, Bungong Jeumpa, Saleum, dan Aneuk Yatim |
Sumatera Utara | Butet, Sengko Sengko, Anju Ahu, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Do Hita Nadua, Ramba Dia, A Sing Sing So, Sinanggar Tullo, Cikala Le Pangpong, Alusi Au, Aek Sarulla, Opio, Piso Surit, Porompompom, Say Selamat Masinegar, Sigulempong, Sik Sik Sibatumanikam, Sori Ya Katulla, Ketabo, Leleng Ma Hupaima, O, Doli, Dirondang Bulani, Rura Silindung, Si Raya Katumba, Tarambe Tangan Simangindo, Tillo-Tillo, dan Botol Marupat Suhi |
Sumatera Barat | Ayam Den Lapeh, Kampuang Nan Jauh di Mato, Bareh Solok, Kambanglah Bungo, Kaparak Tingga, Malam Bainai, Rang Talu, Dayuang Palinggam, Anak Dara, Badindin Sansaro, Tak Tontong, Seringgit Dua Kupang, Tari Payuang, Mak Inang, Paku Gelang, Cubo Ranungkan, Denai Sansai, Jikok Bapisah, Kato Rang Sisuak, Kok Takana, Kok Upiak Lah Gadang, Lompong Sagu, Mamendam Raso, Oh Kampuang, Pincuruan Tujuh, Sempaya, Tari Piring, Titian Nak Lapuak, Tudung Periuk, dan Dendang Harau |
Riau dan Kepulauan Riau | Soleram, Agar Terbang Bawa Bersuluh, Anak Igat, Lancang Kuning, Pantai Solop, Kutang Barendo, Ocu Maantau, Laksamana Raja di Laut, Kebangkitan Melayu, Pulau Bintan, Segantang Lada, Tambelan, Hang Tuah, Kampung Halaman, Kasih dan Budi, dan Pak Ngah Balek |
Sumatera Selatan | Dek Sangke, Tari Tanggai, Kabile-Bile, Cuk Mak Ilang, Pangkalan Umbak, Gending Sriwijaya, Pempek Lenjer, Bujang Alap, Ya Saman, Dirut, Petang-Petang, Melati Karangan, Palembang Bari, Ribu-Ribu, Dang Lupa Ko Komering, Diunggak Ijan, Umbai-Umbai, Bumi Oku Timur, Dendam Balipat, Halimah Gadis Kule, Jawaban Surat, Mantai Petang, Pantauan, Rasan Dek Jadi, Ribng Kemambang, Miang Hebung, Ibung-Ibung, Bujang Tue, Cerite, Salah Tungguan, Sawe Malile, Sayang Selayak, Semele, Talang Beniu/Amu Hindu, Ghindu Nga Dusun, Sukat Malang, Seluang Negok Tapah, Anak Lanang, Bujang Penyemang, Jale Kerap, Tandang Bejalan, Ringke Nian, dan Ombai Akas |
Kepulauan Bangka Belitung | Yok Miak, Alam Wisata Pulau Bangka, Men Sahang Lah Mirah, Nasib Si Bujang Saro, Ngurat, Icak-Icak Dek Tau, dan Miakku Sayang |
Jambi | Selendang Mayang, Pinang Muda, Injit-Injit Semut, Batanghari, Dodoi Si Dodoi, Timang-Timang Anakku Sayang, Angso Duo, Selendang Mak Inang, Orang Kayo Hitam, Putri Muaro Jambi, Sarolangun, Nelayan, Gadis Rimbo Bujang, Dagang Manumpang, Ketimun Bungkuk, dan Tanjung Bajure |
Bengkulu | Lalan Belek, Bedindang, Anak Kunang, Be Inai Curi, Iboi, Pagi Berayak, Pantai Panjang, Taneak Tanai, Jibeak Weo, Semulen Keme, Pantai Malabero, Kota Cu'up, Sungai Suci, Ikan Pais, Ya Botoi-Botoi, dan Sekundang Setunggan |
Lampung | Lipang-Lipang Dang, Adi-Adi Laun Lambar, Cangget Agung, Peyandangan, Sang Bumi Ruwa Jurai, Tanoh Lado, Bumi Lampung, Seminung, Muloh Tungga, Anak Tupai, Teluk Lampung, Putra Saburai, Puncak Sai Indah, dan Sakai Sambayan Jak Ujung Danau Ranau Kulintang Lampung |
Banten | Dayung Sampan, Jareh Bu Guru, Tong Sarakah, dan Ibu |
Daerah Khusus Ibukota Jakarta | Jali-Jali, Surilang, Keroncong Kemayoran, Kicir-Kicir, Lenggang Kangkung, Ondel-Ondel, Ronggeng Jakarta, Sirih Kuning, Pepaya Mangga Pisang Jambu, Wak Wak Agung, Gambang Semarang, Cik Abang, Dayung Sampan, Kelap-Kelip, Hujan Gerimis, Sang Bango, dan Abang Pulang |
Jawa Barat | Manuk Dadali, Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Panon Hideung, Pileuleuyan, Tokecang, Sintren, Bajing Luncat, Es Lilin, Neng Geulis, Pepeling, Peuyeum Bandung, Mojang Priangan, Anjeun, Sapu Nyere Pegat Simpai, Warung Pojok, Kembang Jahe Laos, Badminton, Bandung, Ka Huma, Karatagan Pahlawan, Sabilutungan, Sorban Palid, Borondong Garing, Tongtolang Nangka, Gobang Kalima Gobang, Renggong Ramsijan, Larkili, Cing Ciripit, Ding-Ding Kiripik, Tilil, Trang-Trang Kolentrang, Pacici-Cici Putri, Ja Leuleu Ja, Slep Dur, Pupujian, Ucang Angge, Sur Ser, Oray-Orayan, Kacang Buncis, Hihid Aing, Paciwit-Ciwit Lutung, Ayam-Ayam Gung, dan Eundeuk-Eundeukkan |
Jawa Tengah | Lir Ilir, Jenang Gulo, Jangkrik Genggong, Stasiun Balapan, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Turi-Turi Putih, Padang Wulan, Andhe-Andhe Lumut, Bapak Pucung, Jamuran, Sekolah, Jaranan, Gek Kepriye, Gambang Suling, Gundhul Pacul, dan Dhondong Apa Salak |
Daerah Istimewa Yogyakarta | Pitik Tukang, Sinom, Suwe Ora Jamu, Kidang Talun, Te Kate Dipanah, Kupu Kuwi, Caping Gunung, Walang Kekek, dan Gethuk |
Jawa Timur | Keraban Sape, Tanduk Majeng, Rek Ayo Rek, Cublak-Cublak Suweng, Gai Bintang, Kembeng Malate, Lindri, Grimis-Grimis, Bapak Tane, Tanjung Perak, Pa' Kopa' Eling, Cung-Kuncung Konce, Re-Sere Penang, Ker-Tanoker, Dhe’ Nong Dhe’ Ne’ Nang, Set-Seset Maloko', Lir Saalir, Jan Anjin, Daddalian, Din Dindi, Aeng Lema', Lar-Olar Kolarjang, Ko’ Tongko’an Calelet, Ke’ Rangke’ Kakonengan, Ko Saka Bibir, Po’-Kopo’ Ame-Ame, La Illa Haillallah, Mon-Temmon Buko, Lelle Nareyo, Ba Baba Bulan, Dipadhi Cemplo Lo’ling, Cing Kincing Kere’, dan Bing Ana' |
Kalimantan Barat | Cik Cik Periuk, Aek Kapuas, Masjid Jami', Alon-Alon, Kapal Belon, Sungai Kapuas, Antare Kapuas-Ladak, Alok Galing, Bantelan, Bujang Nadi, Ca' Ucang, Dare Sibang, Darileh Saing, Di Mane Kucare, Kaing Lunggi, Passan Dollo, Ruwai, Salah Pengambean, Salo, Simbe Rapian, Leleng Ma Hupaima, Simirante, Sungai Sambas Kebanjiran, Tamasya Ke Danau Sebedang, Tamlalai, Tamasya Ke Danau Sebedang, Ting Kededai, dan Tandak Sambas |
Kalimantan Tengah | Naluya, Tumpi Wayu, Kalayar, Ka Danau, Isen Mulang, Lewungku Utusku, Malauk Manjala, Manasai, Oh Indang Oh Apang, Bajai Penda Batang, Andri Arai Atei, Pesen Itak Kakah, dan Mambesei |
Kalimantan Selatan | Ampar-Ampar Pisang, Anak Pipit, Paris Barantai, Saputangan Babuncu Ampat, Ayun Apan, Japin Rantauan, Musik Panting, Tirik Lalan, Halin, Mandung-Mandung, Tirik, Ta'ingat Kakasih, Siti Zubaidah, Kurihing Balu, Bajanji Hati, Guna Guna Nikitak, Hincang Hincang, Talanjur Batunangan, Batawak Pantun, Badindang Ria, Alahai Sayang, Paris Tangkawang, Mamuai Wanyi, Ampat Lima, Kakamban Habang, Curiak, Baras Kuning, Si Jantung Hati, Jangan Manangis, Kampung Barikin, Kambang Goyang, Dindang, Lancang Kuning, Tari Bagandang, Karana Janji, Tirik Anak Lapan, Syair Radap Rahayu, Amas Mirah, dan Syair Japin Hadrah |
Kalimantan Timur | Indung-Indung, Bulan Haji, Lancang Kuning, Buah Bolok, Burung Enggang Marista, Oh Adingkoh, dan Lamin Talungsur |
Kalimantan Utara | Bebilin, Pinang Sendawar, dan Tuyang |
Sulawesi Utara | Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo, Gadis Taruna, Tan Mahurang, Tahanusangkara, Poco-Poco, Nani Wartabone, Niko Mokan, Micoman, Sayang Sayang Si Lili, Wo Mangura-Ngur, Miara Si Luri, Unggenang, Miara Si Luri, Ungkuanu Aku Rawoy, Jam Pukul Lima, Saa’aku Ikagenang, Manesel, Sumikolah, Lautan Mabiru-Biru, Oh Minahasa Tempat Lahirku, dan Luri Wisako |
Gorontalo | Dana-Dana, Ati Olo Ati Mama, Binde Biluhuta, Moholunga, Tahuli Li Mama, Dabu-Dabu, Molipu Ti? Opo, dan Tumundulo |
Sulawesi Tengah | Tondok Kadadianku, Tope Gugu, Palu Nataku, dan Tananggu Kaili |
Sulawesi Selatan | Anging Mamiri, Pakarena, Ma Rencong, Ammac Ciang, Anak Kukang, Ati Raja, dan Batti Batti Selayar |
Sulawesi Tenggara | Tana Wolio, Wulele Sanggula, dan Simfoni Bahteramas |
Bali | Macepet-cepetan, Meong-Meong, Ngusak Asik, Putri Cening Ayu, Ratu Anom, Tari Bali, Jangi Janger, Dadong Dauh, Juru Pencar, Bibi Rangda, Batu Cina, Janger, dan Adi Sayang |
Nusa Tenggara Barat | Tutu Koda, Atte, Bilin, dan Orlen-Orlen |
Nusa Tenggara Timur | Desaku, Anak Kambing Saya, Potong Bebek Angsa, Flobamora, Pai Mura Rame, Lerang Wutun, O Nina Noi, Bolelebo, Helele Ala De Teang, More Jie, Loro Malirin, Ele Moto, Bole Jaru, Ofa Langga, Ina Noi, Tanjung Kurung, Mai Fali, Tebe O Nana, Mana Lolo Banda, Kebiononda, Bale Nagi, Fali Nusa Lote, Peki Lewo, Lewo Ro Piring Sina, Kalabahi, Kilangba, Muna Buki, Sinji Tena, Giyayo, Singkorena, Sadiapede, Manu Lae Rewo, Bapa Tang Hamap, Bengure Le Kaju, Karana Janji, dan O Ine Mora Ate |
Maluku dan Maluku Utara | Burung Tantina, Burung Kakak Tua, Goro-Gorone, Huhate, Kole-Kole, Mande-Mande, Ayo Mama, Gunung Salahutu, Hela-hela Rotane, Ole Sioh, Saule, Rasa Sayange, Sarinande, E Tanase, Ouw Ulate, Ambon Manise, Buka Pintu, Lembe-Lembe, Naik Naik ke Puncak Gunung, Nona Manis Siapa yang Punya, Sayang Kane, Sudah Berlayar, Toki Tifa, Waktu Hujan Sore-Sore, Sio Mama, Balenggang Patah Tanjung, Batu Badaong, Hura-Hura Cincin, Nusaniwe, Putra-Putri Ambon, Sayang Dilale, Tarik Layar, dan Tujuh Tambah Tujuh |
Papua dan Papua Barat | Yamko Rambe Yamko, Apuse, E Mambo Simbo, Sajojo, Wesupe, Rasine Ma Rasine, dan Diru-Diru Nina |
Kuliner
Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik memasak dari bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa. Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.[butuh rujukan]
Sambal, sate, bakso, soto, dan nasi goreng merupakan beberapa contoh makanan yang biasa dimakan masyarakat Indonesia setiap hari.[86] Selain disajikan di warung atau restoran, terdapat pula aneka makanan khas Indonesia yang dijual oleh para pedagang keliling menggunakan gerobak atau pikulan. Pedagang ini menyajikan bubur ayam, mie ayam, mi bakso, mi goreng, nasi goreng, aneka macam soto, siomay, sate, nasi uduk, dan lain-lain.
Rumah makan Padang yang menyajikan nasi Padang, yaitu nasi disajikan bersama aneka lauk-pauk Masakan Padang, mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia.[butuh rujukan] Selain itu Warung Tegal yang menyajikan masakan Jawa khas Tegal dengan harga yang terjangkau juga tersebar luas.[butuh rujukan] Nasi rames atau nasi campur yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di warung nasi di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi rames yang berukuran kecil dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima. Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu.
Perfilman
Popularitas industri film Indonesia memuncak pada tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,[87] meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun 1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis setiap tahun meningkat.[87] Film Laskar Pelangi (2008) yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah perfilman Indonesia saat ini.[butuh rujukan]
Kesusastraan
Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa Sanskerta pada abad ke-5 Masehi.[butuh rujukan] Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda Multatuli yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; Muhammad Yamin dan Hamka yang merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan;[88] dan Pramoedya Ananta Toer, pembuat novel Indonesia yang paling terkenal.[89] Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak. Chairil Anwar merupakan penulis puisi Indonesia yang paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara identitas budaya mereka.[90]Kebebasan Pers dan Media Publik
Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Stasiun televisi termasuk 14 stasiun televisi swasta nasional, dan jaringan daerah yang bersaing dengan stasiun televisi negeri TVRI. Stasiun radio swasta menyiarkan berita mereka dan program penyiaran asing. Dilaporkan terdapat 20 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007.[91] Hingga tahun 2014, Jumlah netizen (pengguna internet) bertambah pesat menjadi 83,7 juta orang atau terbanyak keenam di dunia.[92]Bahasa
Indonesia memiliki lebih dari 721 bahasa daerah[95]. Di antara ratusan bahasa daerah tersebut, yang paling banyak sebarannya adalah di Papua dan Kalimantan, sedangkan yang paling sedikit adalah di pulau Jawa. Menurut jumlah penuturnya, bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia berturut-turut adalah: Jawa (80 juta penutur), Melayu-Indonesia, Sunda, Madura, Batak, Minangkabau, Bugis, Aceh, Bali, Banjar.
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional telah diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia kepada para pelajar mulai jenjang pendidikan dasar.[96] Meski demikian, dengan berbagai alasan terdapat upaya untuk menghapus pelajaran bahasa Inggris di tingkat sekolah dasar.[97][98]
Bagi penganut agama Islam yang menjadi kaum mayoritas di Indonesia,[99] bahasa Arab adalah bahasa asing yang memiliki kedudukan khusus, karena harus dipraktikkan dalam ibadah harian tertentu, misalnya Shalat[100]. Meskipun demikian, bahasa Arab tidak menjadi bahasa pergaulan umum sejak periode awal keberadaannya di Indonesia.[101]
Lingkungan hidup
Meskipun demikian, Guinness World Records pada 2008 pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia. Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektare. Kerusakan yang terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir (pesisir).[105] Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB) di sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besar-besaran hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal hutan bakau, selain berfungsi melindungi pantai dari abrasi, merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan nelayan harus mencari ikan dengan jarak semakin jauh dan menambah biaya operasional mereka dalam mencari ikan. Selain itu, hancurnya hutan bakau juga mengakibatkan semakin rentannya kawasan pesisir Indonesia terhadap terjangan air pasang laut dan banjir, terlebih di musim hujan.[106]
Indeks Pembangunan Manusia
Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai angka 0,683[107] pada Laporan Pembangunan Manusia 2016 untuk perkiraan IPM tahun 2015 dan masih menempati status sedang, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Indonesia telah mencapai angka 69,55 (0,695)[108] dan masih menempati status sedang pada tahun yang sama pula.Perbedaan IPM yang dilapaorkan UNDP melalui Human Development Report (HDR) dengan BPS terletak pada besarnya angka IPM dan perincian. Selama ini, memang perbedaan angka IPM sudah dianggap lazim. Namun sejak sekitar tahun 2011, perbedaan angka IPM UNDP dan BPS meningkat secara signifikan. Dalam perihal perincian, karena UNDP melaporkan dalam tingkat internasional, laporan IPM Indonesia tidak dilaporkan hingga tingkat yang lebih rendah. Sebaliknya, karena BPS hanya melaporkan di tingkat nasional, BPS lebih memperinci bahkan hingga IPM di tingkat kota/kabupaten dalam laporan beberapa tahun (laporan IPM hingga tingkat kota/kabupaten jarang), namun yang selalu dilaporkan di bawah tingkat nasional tentunya adalah laporan IPM di tingkat provinsi/daerah.
IPM tahun 2016 dilaporkan terlebih dahulu oleh BPS pada semester pertama tahun 2017, sedangkan sampai saat ini, Human Development Report belum diluncurkan.
Berikut ini adalah daftar provinsi Indonesia menurut IPM tahun 2016 menurut BPS.[108]
Peringkat | Provinsi | IPM | Perubahan |
---|---|---|---|
Pembangunan Manusia Tinggi | |||
1 | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 79,60 (0,796) | ▲ 0,61 (0,006) |
2 | Daerah Istimewa Yogyakarta | 78,38 (0,783) | ▲ 0,79 (0,007) |
3 | Kalimantan Timur | 74,59 (0,745) | ▲ 0,42 (0,004) |
4 | Kepulauan Riau | 73,99 (0,739) | ▲ 0,24 (0,002) |
5 | Bali | 73,65 (0,736) | ▲ 0,38 (0,003) |
6 | Riau | 71,20 (0,712) | ▲ 0,36 (0,003) |
7 | Sulawesi Utara | 71,05 (0,710) | ▲ 0,66 (0,006) |
8 | Banten | 70,96 (0,709) | ▲ 0,69 (0,006) |
9 | Sumatera Barat | 70,73 (0,707) | ▲ 0,75 (0,007) |
- | Indonesia | 70,18 (0,701) | ▲ 0,63 (0,006) |
10 ▲ (1) | Jawa Barat | 70,05 (0,700) | ▲ 0,55 (0,005) |
11 ▼ (1) | Sumatera Utara | 70,00 (0,700) | ▲ 0,49 (0,004) |
11 ▲ (2) | Aceh | 70,00 (0,700) | ▲ 0,55 (0,005) |
Pembangunan Manusia Sedang | |||
13 ▼ (1) | Jawa Tengah | 69,98 (0,699) | ▲ 0,49 (0,004) |
14 | Sulawesi Selatan | 69,76 (0,697) | ▲ 0,61 (0,006) |
15 ▲ (1) | Jawa Timur | 69,74 (0,697) | ▲ 0,79 (0,007) |
16 ▲ (1) | Jambi | 69,62 (0,696) | ▲ 0,73 (0,007) |
17 ▼ (2) | Kepulauan Bangka Belitung | 69,55 (0,695) | ▲ 0,50 (0,005) |
18 ▲ (2) | Bengkulu | 69,33 (0,693) | ▲ 0,74 (0,007) |
19 | Sulawesi Tenggara | 69,31 (0,693) | ▲ 0,53 (0,005) |
20 ▼(2) | Kalimantan Utara | 69,20 (0,692) | ▲ 0,44 (0,004) |
21 | Kalimantan Tengah | 69,13 (0,691) | ▲ 0,60 (0,006) |
22 | Kalimantan Selatan | 69,05 (0,690) | ▲ 0,67 (0,006) |
23 | Sumatera Selatan | 68,24 (0,682) | ▲ 0,78 (0,007) |
24 ▲ (1) | Lampung | 67,65 (0,676) | ▲ 0,70 (0,007) |
25 ▼ (1) | Maluku | 67,60 (0,676) | ▲ 0,55 (0,005) |
26 | Sulawesi Tengah | 67,47 (0,674) | ▲ 0,71 (0,007) |
27 | Maluku Utara | 66,63 (0,666) | ▲ 0,82 (0,008) |
28 | Gorontalo | 66,29 (0,662) | ▲ 0,43 (0,004) |
29 | Kalimantan Barat | 65,88 (0,658) | ▲ 0,29 (0,002) |
30 | Nusa Tenggara Barat | 65,81 (0,658) | ▲ 0,62 (0,006) |
31 | Sulawesi Barat | 63,60 (0,636) | ▲ 0,64 (0,006) |
32 | Nusa Tenggara Timur | 63,13 (0,631) | ▲ 0,46 (0,004) |
33 | Papua Barat | 62,21 (0,622) | ▲ 0,48 (0,004) |
Pembangunan Manusia Rendah | |||
34 | Papua | 58,05 (0,580) | ▲ 0,80 (0,008) |
|
Lihat pula
Referensi
- ^ "Proyeksi Penduduk menurut Provinsi, 2010-2035". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 18-05-2015. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan) - ^ "Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregrat per Provinsi" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. Diakses tanggal 21-08-2010. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan) - ^ a b c d "Report for Selected Countries and Subjects: Indonesia". World Economic Outlook. International Monetary Fund. Oktober 2016. Diakses tanggal 13 Maret 2017.
- ^ . Badan Pusat Statistik https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1400. Diakses tanggal 23-06-2017. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan); Tidak memiliki atau tanpa|title=
(bantuan) - ^ "Gini Index" (dalam bahasa bahasa Inggris). World Bank. Diakses tanggal 2 Maret 2011.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi, 2010-2017 (Metode Baru)". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 17 April 2018.
- ^ a b Dari 17.504 Pulau di Indonesia, 16.056 telah diverifikasi PBB - Eko Prasetya - Merdeka - 19 Agustus 2017.
- ^ a b c Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society. 71 (3): 166–171. doi:10.2307/595186.
- ^ Biro Pusat Statistik bps.go.id
- ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut" (PDF). Sensus Penduduk 2016. Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik. 21 April 2016.
- ^ Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta; Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape; Institute of Southeast Asian Studies, 2003
- ^ Tomascik, T (1996). The Ecology of the Indonesian Seas - Part One. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. ISBN 962-593-078-7. Parameter
|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan) - ^ a b Anshory, Irfan (16 Agustus 2004). "Asal Usul Nama Indonesia". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=, |date=
(bantuan) - ^ Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 119.
- ^ Logan, James Richardson (1850). "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 4, 252–347.; Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 254, 277–278.
- ^ Pope (1988). "Recent advances in far eastern paleoanthropology". Annual Review of Anthropology. 17: 43–77. doi:10.1146/annurev.an.17.100188.000355.cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309–312. Parameter
|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan); Pope, G (15 Agustus, 1983). "Evidence on the Age of the Asian Hominidae". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 80 (16): 4,988–4992. doi:10.1073/pnas.80.16.4988. PMID 6410399. Periksa nilai tanggal di:|date=
(bantuan)cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309. Parameter|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan); de Vos, J.P. (9 Desember 1994). "Dating hominid sites in Indonesia" (PDF). Science Magazine. 266 (16): 4, 988–4992. doi:10.1126/science.7992059. Parameter|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di:|date=
(bantuan)cited in Whitten, T (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309. Parameter|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan) - ^ Taylor (2003), pp. 5–7
- ^ Taylor (2003), pp. 8-9
- ^ Taylor (2003), pp. 22–26; Ricklefs (1991), pp. 3
- ^ Peter Lewis (1982). "The next great empire". Futures. 14 (1): 47–61. doi:10.1016/0016-3287(82)90071-4.
- ^ *Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaLazardi_04
- ^ Wright, Louis B. (1970). Gold, Glory, and the Gospel: The Adventurous Lives and Times of the Renaissance Explorers. New York: Atheneum.
- ^ Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300. London: MacMillan. hlm. 151. ISBN 0-33-579690-X.
- ^ ZWEERS, L. (1995). Agressi II: Operatie Kraai. De vergeten beelden van de tweede politionele actie. Den Haag: SDU uitgevers.
- ^ van der Bijl, Nick. Confrontation, The War with Indonesia 1962—1966, (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8
- ^ Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley, Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.
- ^ Laporan dari Carter Center. The Carter Center 2004 Indonesia Election Report (PDF). Siaran pers. Diakses pada 29 Juli 2008.
- ^ "Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945" (pdf) (dalam bahasa Indonesia, Inggris, Melayu, and dan China). Diakses tanggal 2011-05-24.[pranala nonaktif]
- ^ Wong, Kristina (23 July 2009). "abc NEWS Poll: Obama's Popularity Lifts U.S. Global Image". USA: ABC. Diakses tanggal 23 October 2011.
- ^ "Indonesia – Foreign Policy". U.S. Library of Congress. U.S. Library of Congress. Diakses tanggal 5 May 2007.
- ^ Indonesia temporarily withdrew from the UN on 20 January 1965 in response to the fact that Malaysia was elected as a non-permanent member of the Security Council. It announced its intention to "resume full cooperation with the United Nations and to resume participation in its activities" on 19 September 1966, and was invited to re-join the UN on 28 September 1966.
- ^ Chris Wilson (11 October 2001). "Indonesia and Transnational Terrorism". Foreign Affairs, Defense and Trade Group. Parliament of Australia. Diakses tanggal 15 October 2006.; Reyko Huang (23 May 2002). "Priority Dilemmas: U.S. – Indonesia Military Relations in the Anti Terror War". Terrorism Project. Center for Defense Information.
- ^ "Commemoration of 3rd anniversary of bombings". Melbourne: The Age Newspaper. AAP. 10 December 2006.
- ^ US Embassy, Jakarta (10 May 2005). Travel Warning: Indonesia. Siaran pers. Diakses pada 26 December 2006.
- ^ Chew, Amy (7 July 2002). "Indonesia military regains ground". CNN Asia. Diakses tanggal 24 April 2007.
- ^ Witular, Rendi A. (19 May 2005). "Susilo Approves Additional Military Funding". The Jakarta Post. Diakses tanggal 24 April 2007.
- ^ Friend (2003), pp. 473–475, 484
- ^ Friend (2003), pp. 270–273, 477–480
- ^ "Indonesia flashpoints: Aceh". BBC News. BBC. 29 December 2005. Diakses tanggal 20 May 2007.
- ^ "Indonesia agrees Aceh peace deal". BBC News. BBC. 17 July 2005. Diakses tanggal 20 May 2007.; Harvey, Rachel (18 September 2005). "Indonesia starts Aceh withdrawal". BBC News. BBC. Diakses tanggal 20 May 2007.
- ^ Lateline TV Current Affairs (20 April 2006). "Sidney Jones on South East Asian conflicts" (PDF). TV Program transcript, Interview with South East Asia director of the International Crisis Group. Australian Broadcasting Commission (ABC). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2006.; International Crisis Group (5 September 2006). "Papua: Answer to Frequently Asked Questions" (PDF). Update Briefing. International Crisis Group (53): 1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 18 September 2006. Diakses tanggal 17 September 2006.
- ^ "2014BPS". Diakses tanggal 2015-10-04.
- ^ "BPS". Diakses tanggal 2015-10-04.
- ^ Michelle Ann Miller (2004). "The Aceh law: a serious response to Acehnese separatism?". Asian Ethnicity. 5 (3): 333–351. doi:10.1080/1463136042000259789.
- ^ Dewan Perwakilan Rakyat (1999). Bab XIV Other Provisions, Pasal 122; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di DaerahPDF (146 ). Presiden Indonesia (1974). Bab VII Aturan Peralihan, Pasal 91
- ^ Dursin, Richel (18 November 2004). "Another Fine Mess in Papua". Editorial. The Jakarta Post. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. Parameter
|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di:|accessdate=, |date=
(bantuan); "Papua Chronology Confusing Signals from Jakarta". The Jakarta Post. 18 November 2004. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. Periksa nilai tanggal di:|accessdate=, |date=
(bantuan) - ^ Burr, W. (2001-12-06). "Ford and Kissinger Gave Green Light to Indonesia's Invasion of East Timor, 1975: New Documents Detail Conversations with Suharto". National Security Archive Electronic Briefing Book No. 62. National Security Archieve, Universitas George Washington, Washington, D.C. Diakses tanggal 2006-09-17. Parameter
|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan); Hapus pranala luar di parameter|publisher=
(bantuan) - ^ "USD". www.usd.ac.id. Diakses tanggal 26-06-2017. Periksa nilai tanggal di:
|access-date=
(bantuan) - ^ Dotinga, Harm (2000). International organizations and the law of the sea: documentary yearbook, Vol 14. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 960. ISBN 9041113452, 9789041113450 Periksa nilai: invalid character
|isbn=
(bantuan). Parameter|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan) - ^ a b c International Monetary Fund. Estimate World Economic Outlook Database. Siaran pers. Diakses pada 5 Oktober 2006.; "Indonesia Regions". Indonesia Business Directory. Diakses tanggal 2007-04-24. Parameter
|first1=
tanpa|last1=
di Authors list (bantuan) - ^ Article 55, 1982 UN Convention on the Law of The Sea.
- ^ World Bank (1994). A World Bank country study Country Studies: Indonesia: environment and development. World Bank Publications. ISBN 0821329502, 9780821329504 Periksa nilai: invalid character
|isbn=
(bantuan). - ^ World Bank, (2008), Spending for development: making the most of Indonesia's new opportunities : Indonesia public expenditure review, World Bank Publications, ISBN 978-0-8213-7320-0
- ^ a b c d Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, pp. 52–57.
- ^ "Indonesia: Country Brief". Indonesia:Key Development Data & Statistics. Bank Dunia. 2006. Parameter
|month=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ "Poverty in Indonesia: Always with them". The Economist. 2006-09-14. Diakses tanggal 2006-12-26.
- ^ "Indonesia: Forecast". Country Briefings. The Economist. 2006-10-03.
- ^ Badan Pusat Statistik Indonesia (2008-12-02). Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia (PDF) (dalam Bahasa Indonesia). Siaran pers. Diakses pada 2008-03-18.
- ^ Ridwan Max Sijabat (23 Maret 2007). "Unemployment still blighting the Indonesian landscape". The Jakarta Post. Periksa nilai tanggal di:
|date=
(bantuan) - ^ Bank Dunia. Making the New Indonesia Work for the Poor - Overview (PDF). Siaran pers. Diakses pada 26 Desember 2006.
- ^ http://www.iea.org/media/statistics/surveys/gas/natgas.pdf
- ^ a b "Indonesia - The World Factbook".
- ^ "Official Statistics and its Development in Indonesia" (PDF). Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004. Economic and Social Commission for Asia & the Pacific. hlm. 19.
- ^ "Indonesia at a Glance" (PDF). Indonesia Development Indicators and Data. Bank Dunia. 2006-08-13.
- ^ "[[Indeks Persepsi Korupsi]]". Transparency International. 2007. Diakses tanggal 2007-09-28. Konflik URL–wikilink (bantuan)
- ^ "Index of Economic Freedom". The Heritage Foundation & The Wall Street Journal. Diakses tanggal 2008-06-31. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan) - ^ "The Economist Intelligence Unit's Quality-of-Life Index" (PDF). The Economist. Diakses tanggal 2007-09-12.
- ^ "Worldwide Press Freedom Index 2006" (PDF). Reporters Without Borders. Diakses tanggal 2008-06-31. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan) - ^ "cpi 2007 table". Transparency International. 2008-02-13. Diakses tanggal 2008-06-31. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan) - ^ "Human Development Reports: Indonesia". United Nations Development Programme. Diakses tanggal 2008-06-31. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan) - ^ "Global Competitiveness Index rankings and 2006–2007 comparisons" (PDF). World Economic Forum. Diakses tanggal 2008-06-31. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=
(bantuan) - ^ Indonesian Central Statistics Bureau (30 Juni 2000). 2000 Population Statistics. Siaran pers. Diakses pada 5 Oktober 2006.
- ^ Indonesian Central Statistics Bureau (1 September 2006). Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006 (PDF) (dalam Bahasa Indonesia). Siaran pers. Diakses pada 26 September 2006.
- ^ Calder, Joshua (2006-05-03). "Most Populous Islands". World Island Information. Diakses tanggal 2006-09-26.
- ^ (16 Mei 2008). "Country Profile 2008: Indonesia" (pdf). Economist Intelligence Unit. Diakses pada 31 Juli 2008.
- ^ Yang, Heriyanto (2005). "The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia" (PDF). Religion. 10 (1): 8. Diakses tanggal 2006-10-02. Parameter
|month=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) - ^ "PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH". Majalah Hukum & HAM Online. 30 September 2007. Diakses tanggal 14 Agustus 2008. Periksa nilai tanggal di:
|date=
(bantuan) - ^ Witton, Patrick (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. hlm. 103. ISBN 1-74059-154-2.
- ^ Elyas Pical Dapat Penghargaan. Surya, 27 Maret 2009. Diakses pada 10 September 2010.
- ^ Afriatni, Ami. Petinju Chris John Sukses Pertahankan Gelar Juara Dunia. Tempo, 19 Agustus 2007. Diakses pada 10 September 2010.
- ^ "Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah". Kompas. Rabu, 28 April 2004. Diakses tanggal 14 Agustus 2008. Periksa nilai tanggal di:
|date=
(bantuan) - ^ Radhar Panca Dahana (Kamis, 6 Desember 2007). "Perspektif: Mencuri Klaim, Itu Biasa". Gatra.Com. Diakses tanggal 14 Agustus 2008. Periksa nilai tanggal di:
|date=
(bantuan) - ^ Witton, Patrick (2002). World Food: Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 1-74059-009-0. Hapus pranala luar di parameter
|publisher=
(bantuan) - ^ Brissendon, Rosemary (2003). South East Asian Food. Melbourne: Hardie Grant Books. ISBN 1-74066-013-7.
- ^ http://www.cnngo.com/explorations/eat/40-foods-indonesians-cant-live-without-327106 40 of Indonesia's best dishes. Diakses pada 5 Desember 2011.
- ^ a b Kristianto, JB (2 Juli 2005). "Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia". Kompas. Diakses tanggal 5 Oktober 2006. Periksa nilai tanggal di:
|accessdate=, |date=
(bantuan) - ^ Taylor (2003), pp. 299–301
- ^ Vickers (2005) pp. 3-7; Friend (2003), pp. 74, 180
- ^ Czermak, Karen. ""Preserving Intangible Cultural Heritage in Indonesia"" (PDF). SIL International. Diakses tanggal 2007-07-04. Parameter
|coauthors=
yang tidak diketahui mengabaikan (|author=
yang disarankan) (bantuan) - ^ "Internet World Stats". Asia Internet Usage, Population Statistics and Information. Miniwatts Marketing Group. 2006. Diakses tanggal 2007-08-13.
- ^ Suprapto (November 24, 2014). "Inilah Data Peringkat Negara Pengguna Internet".
- ^ UUD 1945, Bab XV, Pasal 36: "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia."
- ^ Laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
- ^ ASIAN LINGUISTIC MAPS : Indonesia & Brunei
- ^ Pendidikan bahasa Inggris bagi pelajar SD. Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan. Terbit pada 20 September 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
- ^ Rencana penghapusan pelajaran bahasa Inggris bagi pelajar SD belum final. POSKOTANEWS.com. Terbit pada 11 Oktober 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
- ^ DPR minta tunda penerapan kurikulum baru. SINDONEWS.com. Terbit pada 15 Desember 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
- ^ 2010 World Muslim Population. pp. 3-5. Houssain Kettani. Department of Electrical and Computer Engineering and Computer Science, Polytechnic University of Puerto Rico. Terbit pada Januari 2010. Diakses pada 2 Januari 2013.
- ^ Salat harus menggunakan bahasa Arab. Islampedia.info. Terbit pada 2006. Diakses pada 2 Januari 2013.
- ^ Pembelajaran Bahasa Arab Sepanjang Sejarah. stainsalatiga.ac.id. Terbit pada 1 Juni 2012. Diakses pada 2 Januari 2013.
- ^ http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker
- ^ http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/03/08/4070.html Dunia Sebut Indonesia Mega Biodiversity
- ^ Report on the CITES workshop on mega-biodiversity exporters (with the assistance of the European Commission)
- ^ http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/29/kesra01.html Sulung Prasetyo. Ekologi Indonesia Masuki Masa Genting, Paragraf 1. Sinar Harapan Online. Diakses pada 13 November 2009
- ^ http://www.satudunia.net/?q=content/utang-ekologis-adb-di-indonesia Firdaus Cahyadi Utang Ekologis ADB di Indonesia, Tulisan pernah dimuat di Koran Tempo, 2 Mei 2009
- ^ "Human Development Reports". hdr.undp.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21.
- ^ a b "Badan Pusat Statistik". www.bps.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-21.
Bacaan lanjutan
- Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6.
- Ricklefs, M. C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, Second Edition. MacMillan. ISBN 0-333-57689-6.
- Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2.
- Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5.
- Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press. ISBN 0-521-54262-6.
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Indonesia. |
Wikivoyage memiliki panduan wisata Indonesia. |
- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah Republik Indonesia
- (Indonesia) Kantor Berita Antara
- (Indonesia) Pemilu Indonesia
- (Indonesia) Peringatan Kebangkitan Nasional Indonesia
- (Indonesia) Data Kependudukan Resmi Indonesia
- (Inggris) Pariwisata Indonesia
- (Inggris) Indonesia di Encyclopædia Britannica
- (Inggris) Indonesia: Country Studies 1993
- (Inggris) Presentasi tentang Indonesia
|
|
|
|
Bahasa lain
Thanks for reading & sharing ABDITRASS OFFICIAL BLOG
0 komentar:
Posting Komentar